Halaman

Selasa, 18 Desember 2012

KEBIASAAN NONGKRONG MAHASISWA


Tak banyak orang yang mengetahui sisi lain kehidupan mahasiswa di luar aktivitas kuliah. Ternyata, selain melaksanakan rutinitas perkuliahan di kampus sebagian besar mahasiswa memiliki rutinitas lain di luar kampus yakni aktivitas nongkrong, entah itu nongkrong di kantin, warung kopi hingga kafe. Begitulah fenomena yang belakangan sering dijumpai di beberapa tempat tongkrongan yang ada di Jogjakarta. Akhir-akhir ini tempat tongkrongan di Jogjakarta memang sangat mudah dijumpai di tiap-tiap sudut kota dan hampir sebagian besar pengunjungnya terdiri dari para mahasiswa. Keberadaan warung kopi, kafe dan tempat tongkrongan sejenis sangat akrab dalam kehidupan mahasiswa di luar kampus. Apalagi saat ini, beberapa tempat tongkrongan yang ada di Jogjakarta dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas semisal hot spot, LCD untuk nonton bareng, dan fasilitas-fasilitas pendukung lainnya sehingga menambah minat para konsumen terutama mahasiswa untuk berkunjung dan berlama-lama di tempat itu. Di warung kopi atau kafe itulah beragam aktivitas dilakukan, ada yang diskusi, bincang santai sambil bermain gitar, bahkan tak jarang ada pula diantara mereka yang menggelar rapat organisasi di tempat itu. Design warung tongkrongan yang sederhana, bersahaja dengan harga yang cukup terjangkau bagi kalangan mahasiswa merupakan salah satu alasan kuat para mahasiswa melakukan berbagai macam aktivitas di kafe atau warung kopi. Bayangkan saja, untuk mendapatkan secangkir kopi atau segelas teh pengunjung tidak perlu merogoh kocek dalam-dalam, cukup hanya dengan mengeluarkan uang Rp 1.500 saja.

Namun, kebiasaan para mahasiswa singgah di tempat nongkrong juga perlu disikapi secara kritis. Artinya, sekalipun aktivitas di tempat nongkrong punya nilai positif, tapi disisi lain kebiasaan di tempat nongkrong juga bisa berakibat negatif. Kadang nongkrong bisa membuat lupa waktu, dan hal itu bisa berakibat fatal bagi kesehatan. Sisi negatif lain apabila terlalu sering berlama-lama di tempat nongkrong, maka akan ada banyak waktu terbuang di tempat itu. Kebiasaan memang selalu berubah seiring waktu dengan perkembangan zaman. Begitu juga dengan kebiasaan nongkrong, antara era orde lama, orde baru, hingga saat ini orde reformasi aktivitas yang dilakukan kaum muda di tempat nongkrong juga mengalam perubahan. Perubahan itu terletak pada cara pandang mereka terhadap fungsi nongkrong. Semasa era orde baru, nongkrong biasanya dijadikan sebagai sarana untuk mendiskusikan wacana yang waktu itu sedang berkembang. Selain itu, tempat nongkrong juga sudah biasa dijadikan sebagai ajang konsolidasi diantara para aktivis untuk menyikapi setiap kebijakan pemerintahan yang represif dan dipandang tidak berpihak pada kepentingan masyarakat luas. Di era modern seperti sekarang ini, nongkrong menjadi semacam trend bagi para kaum muda, agar oleh teman-teman sebayanya dipandang lebih gaul, sekalipun memang masih ada sebagian diantara kaum muda yang memanfaatkan tempat-tempat nongkrong sebagai ruang untuk bersosialisasi dan berdiskusi. Adanya pergeseran cara pandang soal fungsi tempat nongkrong tersebut tidak terlepas dari konteks zamannya. Saat ini, trend anak nongkrong memang sedang digandrungi khususnya oleh para kalangan muda terutama para mahasiswa.

Oleh sebab itu, mahasiswa yang sejatinya adalah kaum terpelajar kiranya mampu mengolah kebiasaan nongkrong, tidak hanya sebagai media untuk menghibur diri sesaat, tetapi mahasiswa juga mampu menjadikan kebiasaan nongkrong sebagai sarana untuk tukar pikiran, menambah wawasan, dan memdialogkan problem yang sedang dihadapi bangsa. Belajar bisa di mana saja, termasuk juga di warung kopi. Ide-ide cerdas tidak selalu muncul di ruang-ruang formal semisal di ruang kelas atau ruang seminar, tetapi tak jarang gagasan cemerlang itu bermula dari ruang-ruang santai seperti warung kopi atau kafe. Kebiasaan diskusi atau belajar di tempat nongkrong seperti itulah yang sudah mentradisi di kalangan mahasiswa Jogjakarta.

Karya : Widya 

3 komentar: