Halaman

Senin, 31 Desember 2012

PENCURIAN DATA MARAK, WASPADALAH!



HINGGA saat ini, berbagai kalangan masyarakat diresahkan dengan adanya fenomena kebocoran data atau informasi. Hal tersebut berimbas mencuatnya beragam kasus semacam beredarnya dokumen rahasia Wikileaks, SMS penawaran kredit, gambar/video porno, data/informasi rahasia perusahaan, dan lain sebagainya. 

Banyak pihak yang bertanya-tanya, siapa yang perlu disalahkan atau bertanggung jawab terhadap hal ini? Apakah akar penyebab fenomena negatif ini? Mengapa kejadian yang sama berulang kembali dan tidak kunjung berhenti? Dapatkah hal ini ditanggulangi bahkan dihilangkan sama sekali. Sejalan dengan berkembangnya dunia internet yang memberikan kemudahan, keuntungan, dan manfaat bagi orang banyak, teriring pula bersamanya keberadaan resiko, ancaman, dan aspek negatif dari aktivitas penyalahgunaannya. Kebocoran data yang selama ini disinyalir kerap terjadi, dipicu oleh sejumlah hal, yang kalau dilihat secara sungguh-sungguh disebabkan karena hal-hal yang bersifat non teknis.

Ketidaktahuan pengguna teknologi, kecerobohan pemilik data, keterbatasan edukasi masyarakat, kealpaan individu, dan ketidakpedulian seseorang merupakan sejumlah ‘lubang kerawanan’ yang kerap dipergunakan oleh pihak jahat untuk menjalankan misi negatifnya. Ancaman kebocoran informasi tidak saja datang dari pihak ketiga yang berniat jahat, tetapi bisa saja dari pihak penyedia layanan, atau pesaing bisnis Anda. Karyawan perusahaan yang sudah tidak lagi bekerja, dan pernah memiliki akses terhadap data perusahaan, juga berpotensi menjadi penyebab kebocoran informasi. 

Didasari rasa saling percaya, maka kebiasaan atau perilaku saling tukar menukar data atau informasi pribadi menjadi suatu hal biasa. Lihatlah bagaimana dua orang baru berkenalan dalam suatu seminar langsung menukar PIN Blackberry-nya, atau kebiasaan mencantumkan no telepon genggam dalam kartu namayang sering dibagikan dan dipertukarkan dalam berbagai kesempatan, atau secara sengaja memberitahukan alamat email maupun telepon pribadinya di seminar-seminar karena merupakan bagian dari pemasaran ( marketing ), atau bhkan di setiap profil pada akun jejaring sosial ( Facebook, Twitter, dan lain-lain ) individu yang bersangkutan selalu mencantumkan secara relatif lengkap dan jujur.

Tentu saja secara sengaja maupun tidak sengaja, dipicu dengan karakteristik internet yang terbuka dan bebas, data/informasi ini mudah sekali mengalir dari satu tempat ke tempat lainnya tanpa terkendali. Oleh karena itu tidak mengherankan jika ada satu atau kelompok orang yang rajin mengumpulkan data atau informasi tersebut ( database ) demi berbagai kepentingan di kemudian hari.

Contoh lainnya adalah seseorang dikabarkan mendapatkan hadiah undian tertentu via SMS di mana hadiah tersebut dapat ditebus apabila yang bersangkutan segera mengirimkan biaya pajaknya lewat ATM, atau berita buruk kepada seseorang mengenai adanya kecelakaan lalu lintas yang menimpa keluarga dekatnya sehingga yang bersangkutan diminta segera untuk mengirimkan uang untuk kebutuhan operasi yang harus segera dikirimkan untuk menyelamatkan nyawa sang korban.

Contoh-contoh di atas perlu menjadi perhatian kita untuk lebih aware terhadap kerahasiaan data/informasi. Sehingga masyarakat perlu mendapatkan edukasi yang baik bagaimana menyimpan data dan mengelola informasi sehingga tidak disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. ( Lukis Alam, pemerhati IT )

Sumber : Kedaulatan Rakyat Senin 31 Desember 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar