Halaman

Tampilkan postingan dengan label ARTIKEL. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ARTIKEL. Tampilkan semua postingan

Minggu, 13 Januari 2013

PENTINGNYA INTERNET BAGI PELAJAR


                                      


Kecanggihan teknologi seperti smartphone, gadget dan akses internet dari rumah pun sekarang diperoleh dengan mudah dan dengan relatif murah . Internet merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi semua orang khususnya para pelajar untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Internet tampaknya seperti pintu, bahwa ketika kita masuk, akan mendapatkan berbagai hal dari seluruh dunia. Tidak terbatas pada keterbatasan mata memandang, internet menawarkan kepada kami untuk dapat berkeliling dunia tanpa harus beranjak dari tempat duduk di depan layar monitor. Seolah-olah dunia internet tanpa batas ruang dan jarak. Melalui internet kita bisa mendapatkan banyak informasi terbaru tentang berbagai hal. Melalui Internet orang-orang dari berbagai belahan dunia dapat berbagi, berbicara, bertukar pikiran, bertukar pengetahuan dan tentu lebih banyak akan mendapatkan keuntungan internet yang bisa kita dapatkan.

Kini bisa dibilang internet menjadi wajib bagi berbagai kelompok masyarakat dan pemuda sebagai mayoritas pengakses internet terutama para pelajar. Sekarang Juga jauh lebih mudah di dapat dengan banyak bertebarannya warnet, sekolah yang menyediakan berbagai fasilitas dan memberikan pelajaran tentang dunia internet. Internet yang wajib untuk kita ketahui bersama dan terpenting khusus dunia pelajar dalam mendukung kegiatan belajar dan belajar di Indonesia. Sebenarnya, jika membicarakan efek positif dan negatif, semua aspek manapun pastinya pasti terdapat dampak positif dan negatif. Tetapi semua itu kembali pada diri masing-masing, bagaimana kita memanfaatkannya. Khusus kalangan awam atau orang-orang tua yang berada di pedesaan, banyak perpendapat bahwa dunia maya alias internet identik dengan hal-hal yang berbau negative. Sampai-sampai mereka para orang tua khususnya banyak sekali melarang anak-anaknya untuk mengakses dunia internet.

Senin, 07 Januari 2013

BUKU PEMATIK KECERDASAN JAMAK

Oleh Adlil Umarat
 
“Tidak ada sekolah khusus untuk jadi orangtua.” Kalimat singkat Elly Risman –seorang psikolog anak--dalam sebuah seminar parenting di Depok beberapa waktu lalu, masih terngiang-ngiang di kepala saya hingga kini. Saya ikut seminar itu dalam rangka persiapan menyambut putri pertama saya. Dari seminar itu saya menyimpulkan bahwa banyak orangtua yang tak siap mendidik anaknya. Saking tak siapnya, orangtua kerap melarang, marah-marah, dan lebih parah lagi, memaksakan kehendaknya kepada anak. Sering kita dengar kalimat negatif dan tak jarang berbalut kebohongan: “Jangan manjat pohon sayang, nanti jatuh..” atau “Cepat mandi, kalau ndak mau, nanti didatangi hantu..”, atau “Cepat makan nak. Kalau ga nanti ditangkap polisi.” Segala ucapan negatif itu akan diserap oleh anak ke dalam alam bawah sadarnya. Dampaknya? Ia bisa jadi penakut (takut hantu-polisi), takut salah, takut mencoba, tak berani ambil risiko, merasa inferior, minder, selalu bimbang dan ragu, serta nyaris tanpa kreativitas dan minus inisiatif. Itulah cara-cara “mendidik” konvensional yang akan berdampak buruk terhadap anak ketika ia sudah dewasa kelak.

Cara-cara “mendidik” anak secara konvensional itu sudah lama ditinggalkan para pendidik modern. Sekarang, pendidik modern sepakat untuk menghindari penggunaan “3M”: Melarang, Menyuruh, Marah/Menghukum. Metode ini dapat mengoptimalkan segala potensi yang terpendam dari seorang anak. Nah, perihal cara mendidik anak secara modern, saya dapatkan di dalam sebuah buku baru berjudul “Pendidikan Karakter dengan Metode Sentra” karya Yudhistira & Siska Y. Massardi. Siapakah Yudhistira Massardi? Ah, pasti Anda tahulah. Itu lho penulis novel ternama Arjuna Mencari Cinta (1977 & 1980). Ia pernah bekerja di Tempo, Gatra, Indosiar, Majalah Nebula/ESQ Magazine, dan kini concern pada Majalah Media Panduan Sentra. Di kancah nasional, ia dikenal sebagai penulis dan sastrawan. Sepuluh Hal Penting & Disukai!

PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN METODE SENTRA


Oleh Yudhistira ANM Massardi

Sejak sekolah gratis untuk kaum dhuafa yang kami kelola, TK-SD Batutis Al-Ilmi Bekasi, menerapkan Metode Sentra pada 2006, kami bagai menemukan “setitik cahaya di ujung terowongan.” Begitu melihat hasilnya yang luarbiasa, kami yakin, jika pendidikan anak usia dini di sini diselenggarakan dengan menggunakan Metode Sentra, insya Allah bisa dilahirkan generasi baru bangsa yang lebih baik: cerdas, mandiri, berakhlak mulia.

Model pembelajaran Sentra dikembangkan oleh Pamela Phelps di Florida, Amerika Serikat, sejak tahun 70-an. Metode ini diadopsi dan dibawa ke Indonesia oleh drg. Wismiarti Tamin, pendiri Sekolah Al-Falah di Ciracas, Jakarta Timur, 1996. Kami mempelajari, mengembangkan dan kemudian menyebarluaskannya melalui seminar, pelatihan dan penerbitan majalah Media TK Sentra, setelah menjalani training yang diselenggarakan oleh Sekolah Al-Falah.

Metode Sentra adalah cara belajar-mengajar yang revolusioner bagi pendidikan anak usia dini. Inilah jawaban menyeluruh terhadap kebutuhan bangsa yang kini hibuk mencari formula bagi sebuah “pendidikan karakter” yang bisa mengubah  moral-mental-nalar bangsa ini menjadi lebih baik. Juga sekaligus menjadi jawaban bagi kebutuhan sebuah pendidikan “berstandar internasional” plus Islami.

Selasa, 18 Desember 2012

KEBIASAAN NONGKRONG MAHASISWA


Tak banyak orang yang mengetahui sisi lain kehidupan mahasiswa di luar aktivitas kuliah. Ternyata, selain melaksanakan rutinitas perkuliahan di kampus sebagian besar mahasiswa memiliki rutinitas lain di luar kampus yakni aktivitas nongkrong, entah itu nongkrong di kantin, warung kopi hingga kafe. Begitulah fenomena yang belakangan sering dijumpai di beberapa tempat tongkrongan yang ada di Jogjakarta. Akhir-akhir ini tempat tongkrongan di Jogjakarta memang sangat mudah dijumpai di tiap-tiap sudut kota dan hampir sebagian besar pengunjungnya terdiri dari para mahasiswa. Keberadaan warung kopi, kafe dan tempat tongkrongan sejenis sangat akrab dalam kehidupan mahasiswa di luar kampus. Apalagi saat ini, beberapa tempat tongkrongan yang ada di Jogjakarta dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas semisal hot spot, LCD untuk nonton bareng, dan fasilitas-fasilitas pendukung lainnya sehingga menambah minat para konsumen terutama mahasiswa untuk berkunjung dan berlama-lama di tempat itu. Di warung kopi atau kafe itulah beragam aktivitas dilakukan, ada yang diskusi, bincang santai sambil bermain gitar, bahkan tak jarang ada pula diantara mereka yang menggelar rapat organisasi di tempat itu. Design warung tongkrongan yang sederhana, bersahaja dengan harga yang cukup terjangkau bagi kalangan mahasiswa merupakan salah satu alasan kuat para mahasiswa melakukan berbagai macam aktivitas di kafe atau warung kopi. Bayangkan saja, untuk mendapatkan secangkir kopi atau segelas teh pengunjung tidak perlu merogoh kocek dalam-dalam, cukup hanya dengan mengeluarkan uang Rp 1.500 saja.

Namun, kebiasaan para mahasiswa singgah di tempat nongkrong juga perlu disikapi secara kritis. Artinya, sekalipun aktivitas di tempat nongkrong punya nilai positif, tapi disisi lain kebiasaan di tempat nongkrong juga bisa berakibat negatif. Kadang nongkrong bisa membuat lupa waktu, dan hal itu bisa berakibat fatal bagi kesehatan. Sisi negatif lain apabila terlalu sering berlama-lama di tempat nongkrong, maka akan ada banyak waktu terbuang di tempat itu. Kebiasaan memang selalu berubah seiring waktu dengan perkembangan zaman. Begitu juga dengan kebiasaan nongkrong, antara era orde lama, orde baru, hingga saat ini orde reformasi aktivitas yang dilakukan kaum muda di tempat nongkrong juga mengalam perubahan. Perubahan itu terletak pada cara pandang mereka terhadap fungsi nongkrong. Semasa era orde baru, nongkrong biasanya dijadikan sebagai sarana untuk mendiskusikan wacana yang waktu itu sedang berkembang. Selain itu, tempat nongkrong juga sudah biasa dijadikan sebagai ajang konsolidasi diantara para aktivis untuk menyikapi setiap kebijakan pemerintahan yang represif dan dipandang tidak berpihak pada kepentingan masyarakat luas. Di era modern seperti sekarang ini, nongkrong menjadi semacam trend bagi para kaum muda, agar oleh teman-teman sebayanya dipandang lebih gaul, sekalipun memang masih ada sebagian diantara kaum muda yang memanfaatkan tempat-tempat nongkrong sebagai ruang untuk bersosialisasi dan berdiskusi. Adanya pergeseran cara pandang soal fungsi tempat nongkrong tersebut tidak terlepas dari konteks zamannya. Saat ini, trend anak nongkrong memang sedang digandrungi khususnya oleh para kalangan muda terutama para mahasiswa.

Oleh sebab itu, mahasiswa yang sejatinya adalah kaum terpelajar kiranya mampu mengolah kebiasaan nongkrong, tidak hanya sebagai media untuk menghibur diri sesaat, tetapi mahasiswa juga mampu menjadikan kebiasaan nongkrong sebagai sarana untuk tukar pikiran, menambah wawasan, dan memdialogkan problem yang sedang dihadapi bangsa. Belajar bisa di mana saja, termasuk juga di warung kopi. Ide-ide cerdas tidak selalu muncul di ruang-ruang formal semisal di ruang kelas atau ruang seminar, tetapi tak jarang gagasan cemerlang itu bermula dari ruang-ruang santai seperti warung kopi atau kafe. Kebiasaan diskusi atau belajar di tempat nongkrong seperti itulah yang sudah mentradisi di kalangan mahasiswa Jogjakarta.

Karya : Widya 

Kamis, 13 Desember 2012

TRADISI MEMBACA MAHASISWA


Salah satu kegiatan penting yang tak lepas dari aktivitas sehari-hari yaitu membaca. Dengan membaca dapat diperoleh berbagai manfaat dan informasi yang dapat memperluas wawasan terlebih lagi bagi mahasiswa. Dalam kesehariannya mahasiswa tak lepas membaca dalam menimba ilmu pengetahuan. Namun sayang, tidak semua mau menjamah buku untuk penyegaran rohani intelektualnya.  Mahasiswa dan buku bak menjadi pasangan yang tidak pernah akur atau mungkin lebih tepatnya justru pasangan yang lum pernah bertemu. Tradisi minat membaca mahasiswa zaman sekarang masih sangat rendah. Adapun hal yang sangat memaksa mahasiswa untuk membaca buku tiada lain bila ada tugas-tugas yang dberikan oleh dosennya. Penyakit yang sudah mulai mewabah dikalangan mahasiswa semacam perilaku hedonis telah menjadi penghambat dalam meningkatkan gairah membaca buku. Slogan “ Buku Adalah Jendela Dunia” tentu  bukanlah suatu yang mengada-ngada. Lebih sering membaca, lebih terbuka pula cakrawalan pengetahuan yang dimiliki. Mahasiswa tidak lagi berpikiran sempit bila memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas. Dengan sering membaca buku pula akan membangun pondasi melalui penataan bata-bata ilmu dan pengetahuan sehingga kualitas landasan berpikir, bertindak mahasiswa dan hebatnya bisa mempengaruhi cara pandang tentang dunia. 

Perpustakaan merupakan salah satu unsur penunjang yang paling penting dalam dunia pendidikan tinggi adalah keberadaan sebuah perpustakaan. Adanya sebuah perpustakaan sebagai penyedia fasilitas yang dibutuhkan terutama untuk memenuhi kebutuhan civitas akademik  akan sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat kampus itu sendiri. Salah satu tujuan utama penyelenggaraan kegiatan belajar di Perguruan Tinggi adalah untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas mempunyai wawasan luas dan mendalam serta tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang yang digelutinya. Seorang mahasiswa yang ingin mencapai sukses dalam studinya harus mempunyai strategi khusus dalam memanfaatkan waktu untuk belajar semaksimal mungkin dan senantiasa memprediksi lima atau enam tahun ke depan, pada saat meninggalkan Perguruan Tinggi dan mengaplikasikan ilmunya di lapangan. Belajar mandiri (self education) adalah ciri khas belajar di Perguruan Tinggi, ini berarti bahwa inisiatif untuk belajar aktif dituntut lebih ketika mendengar kata itu banyak pada mahasiswa, salah satunya dengan memanfaatkan waktu yang tersisa di perpustakaan. 

Manfaat perpustakaan sangat penting untuk mengasah kemampuan analisis dan perdalam materi perkuliahan. Perpustakaan memiliki bahan pustaka yang beraneka ragam jenisnya. Buku-buku sebanyak mungkin harus dibaca, baik buku yang dianjurkan dosen maupun buku lain yang tidak dianjurkan. Disarankan agar mahasiswa tidak membatasi diri hanya membaca buku yang dianjurkan dosen tetapi bacalah buku mengenai fenomena yang sama sebanyak mungkin, karena pandangan dari banyak pakar dengan membaca berarti memperluas wawasan  mengenai objek studi yang dipelajari.  Dengan membaca buku akan membuka cakrawala dunia. Dengan membaca suatu bacaan, seseorang dapat menerima informasi, memperdalam pengetahuan, dan meningkatkan kecerdasan. Pemahaman terhadap kehidupan pun semakin tajam karena membaca dapat membuka cakrawala untuk  berpikir kritis dan sistematis. Membaca bisa menjadi kegiatan sederhana yang membutuhkan modal sedikit tetapi menuai banyak keuntungan.

Karya : Widya A1-11